Di tengah krisis ekonomi Negara kita saat ini, nuansa suasana Natal tetap marak, di pusat-pusat pertokoan mulai nampak warna-warni hiasan, lagu-lagu Natal terdengar mengalun menyertai orang-orang yang sedang berbelanja atau sekedar melihat-lihat. Pohon Natal dengan kotak-kotak hadiahnya menjadi ciri khas tersendiri, dan lain sebagainya. Namanya hari Natal telah menjadi hari raya internasional dan milik masyarakat yang seakan-akan mengumandangkan harapan akan Damai Sejahtera di bumi. Namun yang menarik, menurut kesaksian Alkitab, kelahiran Yesus justru tidak membawa damai sejahtera di bumi. Bahkan sebaliknya. Karena kelahiran Yesus, bayi bayi yang berumur dua tahun ke bawah di sekitar Betlehem dibantai semua atas perintah Herodes (bandingkan Matius 10 : 34-36). Selama nyanyiannyanyian saja, tukar-menukar hadiah, bersalaman, memang terasa damai sejahtera di bumi. Namun, begitu Yesus kita tampilkan sebagai Mesias dan InjilNya diberitakan dengan seutuhnya, suasana damai akan segera berubah, bukan lagi damai sejahtera di bumi, melainkan perang. Cobalah saja, kemukakan pernyataan Yesus bahwa Dialah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup. Tekankanlah, bahwa di kolong langit tidak ada nama lain, selain nama Yesus, yang diberikan kepada manusia, yang oleh-Nya manusia
diselamatkan (Yohanes 14 : 6; Kisah Rasul 14 : 12).
Lagu-lagu yang syahdu itu akan berhenti dan berganti dengan teriakan dan
hujatan. Damai sejatera di bumi tiba-tiba lenyap. Hendaklah kita tidak
bermimpi seolah-olah seluruh dunia telah menerima Kristus, hanya karena gaung
Natal sampai ke seluruh dunia. Kenyataan yang pahit adalah bahwa pada
umumnya umat manusia masih menolak Kristus (lihat Yeremia 29 : 8-9).
Bumi ini akan mengalami damai sejahtera yang sejati, setelah Kristus datang
kembali dan mengadili bangsa-bangsa. “Kemuliaan Allah di tempat yang
mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepadaNya” (Lukas 2 : 14).
Kelahiran Yesus membawa damai sejahtera kepada orang-orang yang
berkenan kepadaNya. Kini damai sejahtera ini sifatnya semu dan sementara,
yang ada hanyalah damai sejahtera buatan manusia. Yesus sendiri mengakui
adanya damai sejahtera ini buatan manusia, buatan dunia, kataNya : “Damai
sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu, Kuberikan kepadamu,
dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu” (Yohanes 14 : 27).
Yesus, Raja Damai yang membawa damai sejahtera Allah, hanya tinggal di
dalam hati manusia sebagai Allah Tritunggal. Namun tidak semua hati manusia
tulus kepada-Nya. Itulah sebabnya bala tentara surga menyanyi :
“Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya”
(Lukas 2 : 14)
Hanya di dalam hati orang yang berkenan kepada Allah, Raja Damai
bertakhtalah. Dan jika orang-orang yang berkenan kepada Allah ini berkumpul,
barulah di antara mereka ada damai sejahtera Allah. Tidak ada lagi sikap curiga
-mencurigai, tak ada perasaan iri hati terhadap satu dengan yang lain. Masingmasing hidup tulus kepada Tuhan dan tulus kepada sesamanya.
Marilah dalam menyambut Natal yang tinggal beberapa hari lagi, di tengah
masa krisis ekonomi negara dan berbagai gejolak dunia lainnya. Mungkin saat
ini hati dan perasaan kita tidak menentu dengan berbagai gejolak yang ada saat
ini, mungkin kita kuatir, dan tidak ada damai sejahtera, dan lain sebagainya.
Saudaraku! Berdoalah, serahkan pada Tuhan segala pergumulan kita,
tetaplah bersyukur dalam segala hal yang kita hadapi, percayalah Yesus yang
telah lahir dan menjadi Juruselamat itu tetap menyertai dan menopang kita.
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat